Nasi Kuning Membawa Kenangan
Anak-anak sekolah yang bisa dibilang uang sakunya hanya cukup untuk jajan, tetapi mereka berkeinginan besar untuk menolong orang-orang yang membutuhkan.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tampak sinar biru cerah bersinar membuat langit berwarna biru putih berawan, di langit kota Cimahi. Burung-burung dan kupu-kupu terlihat kontras dan tampak jelas berterbangan kesana kemari mungkin mereka sedang mencari makan bersama. Angin terasa berhembus sangat sejuk dari bawah pohon rindang, menambah syahdunya suasana sore itu. Di bawah pohon rindang tersebut, terlihat 4 anak yang sedari tadi menikmati telur gulung yang mereka beli dengan masih menggunakan rok biru nya. Mereka berbincang seru dan tertawa lepas bersama keindahan alam di tengah kota tersebut. Karena tak ingin menyia-nyiakan momen ini, mereka segera mengeluarkan ponsel nya dan merekam semua yang mereka lakukan. Saat sedang asik merekam video, salah satu dari mereka melihat dari layar ponsel bahwa ada seseorang yang terdiam di pinggir jalan yang panas dan berdebu melamun entah memikirkan hal apa. “Eh Echaa
kenapa?” tanya mereka sambil memperhatikan objek yang sama. “Ohh engga, aku lagi
liat badut itu, kasian dia”, ya memang betul apa yang dikatakan oleh Echa. “Iya ya kasian pasti
lapar sama haus mana panas
lagii” ucap Naje yang juga sedang memperhatikan
orang tersebut. “Gimana kalo kita bikin makanan gitu terus kita bagiin?” ide itu
muncul dari Meylan, ya Meylan si ketua sekbid 6 di sekolah yang proker nya biasa berjualan. “Ihhh iya
bener mau kapan kita bikin nya?” tanya Fika yang sedari tadi menyimak pembicaraan. “Kalian
bisanya kapan? aku bisa
hari Rabu, Jumat nya gak bisa, aku ada les soalnya” celetuk Naje dengan
wajah yang mengharapkan jawaban dari teman teman nya. “Senin sama Kamis aku les
jugaa jam 3 sepulang sekolah” Echaa yang menjawab dengan nada bingung karena ia juga
memiliki jadwal yang padat. “Aih aku juga les hari Rabu, Kamis sama Jumat”
jawab Fika yang bingung juga dengan jadwal yang dia punya. Sedangkan Meylan
bergelut dengan fikiran nya, dia juga bingung dengan jadwal sekolah, les
dan osis yang jadwalnya
bertabrakan.
Hingga pada
akhirnya mereka memutuskan terlebih dahulu untuk menentukan apa yang akan mereka buat.
"Kalo kita bikin nasi kuning aja gimana?
Isinya ada nasi kuning, bihun, telur, terus sayurannya mau apa?” kata Naje sambil memikirkan apalagi yang harus
diperlukan. “Gimana kalo timun atau selada? soalnya itu yang
biasa aku liat” ucap
Meylan dengan mimik wajah menunjukan muka yang menunggu
kepastian dari teman
teman nya. “Boleh tuh mell, jadinya mau apa?” kata Naje. “Kalo kata
aku mending timun sih cari aman aja” kata Echa yang sembari
melihat kakak-kakak SMA yang baru pulang sekolah. “Yeuuu atuh kamu mah liatin
kaka SMA wae“ kata Naje dengan mata malas. “Hehehe kapan lagi bisa liat cogan” balas Echa. "Jadi gimana nih?
Kapan kita beli bahan nya? Kapan kita masak nya?" Tanya Fika secara
beruntun. "Gimana kalo sabtu minggu aja? Pada free kan weekend mah"
kata Meylan. "Bisa bisaa..." ucap kita bersamaan menunjukkan
kesetujuan.
Setelah semua nya setuju, hari mulai
gelap, mereka pun memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.
Rabu-Kamis-Jumat mereka lewati hari seperti biasa. Hingga tibalah hari yang
mereka tunggu tunggu yaitu Sabtu, saatnya mereka lancarkan aksi yang telah
direncanakan. Mereka sudah berjanji akan bertemu di Pasar Antri sekitar jam 8
pagi. Kemudian setelah semuanya berkumpul, mereka langsung masuk ke pasar dan
belanja semua keperluan yang sudah direncanakan. Mereka membeli beras 1,5 kg, 2
bungkus bihun, santan kental dan encer, 3 lembar daun salam, kunyit, tempe,
telur, timun, cabe domba, kerupuk, minyak, box nasi kotak, aqua gelas, serta
plastik kecil. Mereka tidak sendirian, mamah naje membantu mereka membeli
bahan-bahan dan juga membantu melakukan tawar menawar di pasar. Setelah
semuanya sudah didapatkan, mereka bergegas pergi ke rumah Naje untuk memasak
semua bahan yang tadi mereka beli. Mereka sudah tidak sabar untuk memasak,
pasti akan sangat menyenangkan pikir mereka. Meylan dan Fika segera
mengeluarkan dan merapikan bahan-bahan tadi, sedangkan Naje dan Echa menyiapkan
alat-alat masak nya. Tentu saja mereka tidak mungkin masak sendirian, mamah
naje selalu ada untuk membantu.
Mereka mulai kegiatan dengan membagi
tugas masing-masing terlebih dahulu. Fika tugasnya yang membuat nasi kuning,
dari mencuci beras hingga mengukusnya. Meylan membuat sambal pedas. Echa
memasak kerupuk dan memotong timun. Sedangkan Naje memasak tempe orek kering
dan juga telur dadar iris tipis. Selama pengerjaan, mereka dibantu oleh mamah Naje.
Setelah semua makanannya selesai, segera mereka menyiapkan wadah box nasi kotak
kemudian menata semua makanannya. "Ini nasi kuning nya mau ditaro di
bagian mana?" Kata Echa. "Di sebelah kiri aja lebih bagus
keliatannya" jawab Meylan. "Ih tapi lebih enak di kanan tau jadi
lebih nyaman waktu makannya, kan kita makan pake tangan kanan" pendapat
lain dari Fika. "Iya juga sihh, tapi lebih bagus di sebelah kiri sih
menurut aku" kata Meylan. "Tapi kalo kata aku sih ke estetika an di
makanan ini ga penting, yang penting itu gimana nyaman nya kita waktu makan
mel" tegas Fika. "Yaudah yaudahh, daripada perdebatan nya makin
panjang, mending kalian suit aja, yang kalah mengalah yahh" kata naje.
"Iya sok cepetan, udah ga sabar nih pengen cepet cepet ngebagiin"
kata Echa yang sedari tadi greget pengen cepat selesai. Akhirnya Fika dan
Meylan pun suit, hasilnya Fika yang menang dan Meylan harus mengalah.
Setelah semuanya sudah beres ditata rapih
dan siap untuk dibagi. Mereka segera siap-siap untuk pergi ke taman Kartini
karena hari sudah mulai sore. Sesampainya di taman, mereka langsung tertuju
pada satu orang yang tengah duduk di kursi bersama 2 karung sampah di samping
nya sambil merenung entah memikirkan apa. Mereka segera menghampiri nya dan
mengajaknya mengobrol. Mereka bertanya basa-basi apakah dia sudah makan atau
belum, apakah sudah memiliki anak, memiliki berapa anggota keluarga, dan
sebagainya. Tak lama mereka langsung memberikan 2 kotak nasi kuning kepadanya
dan dijawab dengan kata terimakasih. Setelah itu mereka segera mencari orang
lagi untuk mereka berikan nasi kuning ini.
Singkat cerita, mereka sudah membagikan 5
kotak nasi kuning di taman Kartini. Selain di taman Kartini, mereka juga
berniat akan membagikan nasi kuning ini di sekitar jalan Dustira. Tak
berlama-lama, mereka langsung menuju ke jalan Dustira. Selama perjalanan,
mereka juga memperhatikan jalanan siapa tau ada seseorang yang membutuhkan nasi
kuning ini. Hingga akhirnya mereka menemui 2 orang yang terlihat seperti sedang
kelaparan di pinggir jalan. Mereka berhenti sebentar untuk memberikan box nasi
kuning tersebut. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan lagi menuju jalan
Dustira. Selang waktu, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Sesuai dengan
niat, mereka segera mencari orang-orang yang dituju untuk diberikan nasi kotak
ini.
Selang waktu, mereka istirahat terlebih
dahulu setelah membagikan 4 kotak nasi kuning. Beberapa saat kemudian, salah
satu dari mereka menyadari sesuatu bahwa ada sesuatu yang menjanggal, seperti
ada yang memperhatikan mereka dari tadi. "Ehh cha kamu sadar sesuatu
ga?" bisik Fika. "Orang yang di belakang kita? Iya aku perhatiin dari
tadi dia kayak liatin kita terus" jawab Echa. "Nah iyaa, kira-kira
dia kenapa ya? Ko jadi kayak serem gini sih perasaannya" jawab Fika masih
berbisik. "Kalian kenapa?" tanya Meylan yang menyadari perbincangan
kedua temannya itu. "Perhatiin deh orang yang di belakang kita, dia dari
tadi kaya liatin kita terus, aku jadi takut" jawab Fika. "Kita
samperin aja gitu? Kita tanya ada masalah apa" kata Meylan. "Jangan
dulu, coba kita rada menjauh dari dia. Kalo kita pindah tempat, dia masih
merhatiin atau ngga" celetuk Naje.
Akhirnya mereka pun mencoba pindah tempat
dan menjauh dari pandangan si misterius itu. Beberapa saat suasana mulai
tenang, tapi tak lama orang itu muncul lagi di belakang mereka. Kini jaraknya
lebih dekat dari yang tadi. Pria itu terlihat memakai baju putih yang lusuh,
kulitnya berkeriput, memakai sendal jepit swallow yang mungkin bisa dibilang
tidak layak dipakai lagi. Mereka mulai panik dan segera memutuskan apa yang
harus mereka lakukan. "Dia masih ngikutin kita, gimana ini??" kata
Echa dengan muka paniknya. "Tenang tenang, jangan panik" jawab Naje
menenangkan semuanya. "Gimana kalo kita samperin aja? keliatannya juga dia
kaya pengen ngomong sesuatu sama kita" ujar Meylan. "Yakin nih dia ga
akan macem-macem?" tanya Fika dengan muka curiga. "Kita coba aja
dulu, jangan suudzon duluan" jawab Meylan. Akhirnya mereka memutuskan
untuk menghampiri pria tua itu. Dengan segala keberaniannya, mereka melontarkan
1 pertanyaan yang menjadi kekhawatiran mereka sejak tadi. "Maaf pak
sebelum nya kita perhatiin daritadi sepertinya bapak ngikutin kita ya, maaf
kalo boleh tau ada apa ya? Takut nya kenapa-kenapa atau kita saja yang merasa
janggal" tanya Meylan dengan tangan gemetar. "Ohh neng hehee"
jawab pria itu lalu terdiam. Mereka memperhatikan gerak gerik nya, matanya
seperti tertuju pada kantong kresek yang mereka bawa. Naje yang menyadari hal
itu langsung menanyakan satu hal kepada pria tersebut. "Bapak belum
makan?" tanya Naje kepada pria tua tersebut. Beliau diam sejenak, lalu pria tua
itu menganggukkan kepalanya seakan mengiyakan pertanyaan tadi. Naje yang paham
maksud dari anggukan itu langsung mengambil 1 kotak nasi kuning dari kantong
kresek yang dipegangnya. "Kalo bapak mau tinggal bilang aja ke kita, bakal
kita kasih ko pak" kata Naje sambil memberikan nasi kotak tersebut ke pria
itu. "Iya pak lain kali kalo ada sesuatu langsung samperin aja orangnya,
jangan sampe nguntit kaya tadi, takutnya malah si orang itu jadi risih terus
suudzon ke bapak nya" kata Echa. "Iyaa neng maaf, bapak cuman lapar
tadinya pengen minta cuman malu saya nya" jawab pria tersebut.
"Yaudah ini nasi kuning nya bisa langsung bapak makan aja, semoga berkah
setidaknya bisa mengisi perut hari ini yaa pak" celetuk Fika. "Iya
neng terimakasih, maaf juga tadi bapak ngikutin kalian" jawab pria
tersebut lalu menjauh dari kita.
Mereka semua pun akhirnya merasa lega dan
senang karena masalah nya sudah selesai. Tapi ternyata tak sampai di situ, ada
masalah baru yang muncul. "Tungguu..., lah ko nasi kuning nya sisa satu
lagi?" tanya Meylan terheran-heran. "Lah iyaa, perasaan kita baru
bagiin 12 box deh, harusnya sisa 3 box lagi" jawab Naje sama bingungnya
dengan Meylan. "Tunggu coba inget-inget lagi tadi kita lewatin jalan mana
aja terus kita ngapain aja" sahut Echa. "Waktu kita istirahat duduk
terus pindah gara-gara kejadian tadi, kita bawa berapa kresek?" tanya
Meylan. "Aku ga inget berapa, tapi kayanya tadi kita masih bawa beberapa
kresek deh" jawab Fika. "Atau kayanya kresek lain nya ketinggalan
disana?" kata Echa. "Iya deh kayanya, mau balik lagi buat
ngecek?" tanya Naje. "Ayo kita balik lagi aja semoga masih ada"
jawab Fika. Sesampainya di tempat, ternyata kresek yang mereka cari sudah
hilang entah kemana. "Hilang aihh, di ambil orang gitu?" kata Naje.
"Gara-gara kamu sih Fik lupa bawa kreseknya" kata Echa dengan muka
memerah. "Lah ko jadi aku yang disalahin sih" Jawab Fika dengan nada
tinggi. "Kamu kan yang harusnya tanggung jawab bawa kresek itu, sekarang
jadi hilang gara-gara kamu lupa bawa lagi" sahut Echa kesal. "Orang
tadi sebelum kabur aku bawa kreseknya ko, semua juga bawa kreseknya kan, kenapa
jadi nyalahin gini" jawab Fika tambah kesal, "ketinggalan kali di
rumah Naje" lanjut Fika. "Hah enggak ko, perasaan sebelum pergi kita
bawa semua deh, aku juga udah cek balik ke dalem rumah udah ga ada apa
apa" sahut Naje. "Tuhh kan, udah pasti salah kamu Fik" kata Echa
masih curiga dengan Fika. "Dih kamu kali yang diem-diem ngambil terus
dimakan tanpa sepengetahuan kita" jawab Fika. "Ihh udah udah kenapa
jadi saling nyalahin gini" potong Meylan berusaha memisahkan mereka.
"Iya ihh kenapa jadi berantem gara-gara masalah gini" kata Naje
khawatir. "Jangan saling suudzon dulu, yaudah kalo memang ternyata masih
ketinggalan di rumah Naje atau udah diambil orang juga bukan masalah
besar" kata Meylan menenangkan suasana, "Kita ikhlasin aja
gapapa" lanjut Meylan. "Iyaa lagian masih ada satu box lagi kan, kita
selesaiin aja hari ini baik baik" kata Naje. Setelah suasana mulai tenang,
akhirnya Fika dan Echa pun berjabat tangan dan kembali tersenyum.
Komentar
Posting Komentar