Pulau misteri
Di sebuah kota yang dipenuhi gedung-gedung pencakar langitbah. Hiduplah seorang remaja bernama Nino. Ayahnya merupakan seorang pengusaha terkenal di kota itu. Namun ayahnya yang tiba-tiba meninggal begitu saja karena kecelakaan yang cukup janggal yang membuat tanda tanya besar di kepala Nino. Menurutnya ini bukan kematian biasa tapi ada suatu misteri yang mengitari kehidupan ayahnya.
Hari demi hari berlalu, rasa sedih Nino perlahan menjadi rasa ingin mencari tahu kebenaran tentang Ayahnya.
"Sebelum kematiannya ia meninggalkan surat terakhir untuk mu. Surat itu ada di ruang kerja ayahmu." Ucap Phatsa sang tangan kanan kepercayaan ayahnya Nino.
Terlihat sepucuk surat diatas meja kerja yang terlihat sudah sedikit berdebu. Huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat Nino bacakan dari kertas itu. Wajah Nino dibasahi oleh air yang keluar dari kedua matanya. Nino mulai mengingat memorinya bersama ayahnya dan mulai tenggelam kedalamnya.
Diakhir surat itu ayah Nino menuliskan "JANGAN SAMPAI KUNCI ITU JATUH KE TANGAN DIA". Terdapat juga kunci menuju ruangan rahasia ayahnya.
Kunci masuk membukakan pintu untuk Nino. Saat masuk Nino langsung diperlihatkan peta dan benda-benda kuno dihadapannya. Seketika Nino menyadari bahwa ayahnya bukan hanya seorang pengusaha biasa tapi ada yang ayahnya kerjakan tanpa sepengetahuan Nino.
Mata Nino langsung tertuju ke sebuah peta yang menunjukkan sebuah pulau misterius yang terdapat gambar pedang diatas pulaunya. Sekejap Nino mengerti bahwa pulau inilah kuncinya. Dengan bermodal peta itu, Nino bergegas untuk pergi ke pulau itu. Tak lupa ia meminta bantuan kepada teman-temannya yaitu Albert si jenius dan Mory si kartografer.
Sesampainya mereka di pesisir pantai pulau itu, mereka bertiga mulai menyusuri tempat itu. Mereka menyusuri pulau itu semakin dalam sampai kedalam hutan. Sampai akhirnya Mory menemukan tanda-tanda kehidupan di pulau itu.
"Lihatlah ini Nino!" Ucap Mory sembari menunjukan jejak kaki manusia yang terlihat masih segar.
Mereka mulai mengikuti jejak kaki itu yang membawa mereka ke sebuah goa. Goa itu terlihat sangat menakutkan yang membuat mereka ragu untuk menjelajahi goa itu. Tapi dengan keberanian yang besar Nino masuk kedalam goa tersebut. Nino berjalan semakin dalam. Tanpa sadar bahwa Nino daritadi berjalan masuk sendirian, Albert dan Mory hilang entah kemana.
Sebuah cahaya kecil terlihat di ujung goa itu. Semakin dekat dengan cahaya itu semakin jelas pula bahwa itu adalah seorang pria yang memegang obor di tangannya.
"Aku tahu kamu kemari karena ayahmu kan?" Ucap pria itu. Nino tidak menanggapi pria itu justru malah mencoba mendekati pria itu.
Keduanya saling menatap satu sama lain dengan tatapan menindas.
Dengan agresif pria itu mencoba menyerang Nino, tetapi Nino dapat menahannya.
Sembari bertarung Nino bertanya kepada pria itu "Siapa kamu? Apa yang kau mau dariku hah?"
Dengan santai pria itu menjawab "Aku ini pamanmu, Hepta."
Nino terkejut, tubuhnya langsung lemas. Hepta menggunakan kesempatan itu untuk memukul Nino sampai pingsan.
Sebangunnya Nino dari pingsannya. Nino melihat Albert yang juga pingsan disebelahnya dalam keadaan terikat sama seperti dirinya. Melihat Nino sudah bangun Hepta langsung menyeret Nino ke depan pedang yang menancap di seorang ksatria. Hepta membuka ikatan Nino dan menyuruhnya untuk mencabut pedang itu.
Nino, yang masih terpaku oleh kejutan atas identitas Hepta sebagai paman yang tak pernah dikenalinya, menarik nafas dalam-dalam. Hepta menekan Nino agar mengambil pedang itu. Tapi, Nino menolak.
"Aku tidak akan menjadi bagian dari rencanamu," ujarnya tegas.
Hepta, dengan ekspresi kecewa, mengancam, "Kau tak punya pilihan, Nino. Pedang ini adalah kunci segalanya."
Namun, Nino menolak mengikuti perintah Hepta. Dengan keberanian yang tersisa, Nino melompat menjauh, berusaha mencari cara untuk membebaskan diri dan teman-temannya.
"Tidak akan mudah bagimu, Nino!" ancam Hepta sambil melemparkan obornya ke arah Nino.
Di tengah kegelapan, Nino menghindari serangan itu dan berusaha membebaskan Albert dan Mory.
Saat mereka hampir berhasil, Hepta berteriak, "Kau takkan bisa melawan kuasa yang ada di pulau ini!" Namun, Nino tidak gentar.
Dengan bantuan Albert dan Mory, mereka melawan Hepta. Dalam pertarungan yang sengit, Nino berhasil mencabut pedang dari tangan ksatria yang terbunuh. Cahaya memenuhi goa itu saat Nino mengangkat pedang itu ke atas.
Tiba-tiba, pulau itu mulai bergetar dan sebuah pintu rahasia terbuka di dinding goa. Cahaya menyilaukan mereka sebelum semuanya berubah menjadi gelap gulita.
Saat Nino membuka mata, mereka sudah berada di ruang rahasia yang legendaris. Keberhasilan mereka membuka pintu itu telah mengungkapkan rahasia besar yang tersimpan selama berabad-abad.
Dengan bernapas lega, mereka menatap keajaiban di ruangan itu, mengetahui bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai.
Komentar
Posting Komentar