Dirandra Abhiseva



Dirandra Abhiseva, anak perempuan pertama yang menjadi harapan di keluarganya, ia berumur 14 tahun, dan ia sekolah di salah satu SMP yang berada di kota Cimahi, ia memiliki cita-cita yang sangat tinggi, yaitu Taruni Akmil, ia ingin menjadi TNI seperti Ayahnya, ia hidup di keluarga yang sangat harmonis, tetapi keharmonisan itu tidak berjalan lama, karena ada hal-hal tak terduga yang terjadi di keluarganya dan di kehidupannya.


                                  •Keluargaku•



Perkenalkan, aku Dirandra Abhiseva, seorang anak perempuan yang mempunyai nama yang sangat bagus artinya,yaitu kuat dan pemberani, tetapi aku tidak berani dan kuat seperti namaku. Aku anak perempuan pertama, aku mempunyai Adik bernama Harsa Arunika, atau biasa di panggil Harsa, dia adalah Adik yang sangat menyebalkan, tetapi aku sayang. Ibuku bernama Niscala, ia adalah seorang Ibu Rumah Tangga, dan ia juga bisa menjadi seorang Pengusaha, dan yang terakhir adalah Ayahku, yang bernama Anagata, ia adalah seorang TNI, yang sangat gagah dan juga berani, ia lulusan pesantren, dan ia juga sangatlah pintar dan cerdik orangnya.


Keluargaku bisa di bilang keluarga cemara, yang kemana mana selalu bersama, dan tidak ada yang namanya pertengkaran di keluarga kita. Bahkan pada tahun 2015, aku sakit demam berdarah, dan aku di rawat di RS Dustira, tetapi ketika aku baru sembuh dari sakit ku, dua hari kemudian kita semua satu keluarga pergi liburan, kita pergi liburan ke Bali bersama. Kita pergi ke sana dengan yang lain juga, seperti, Mimi (sebutan untuk Mamah atau Ibu di bahasa Cirebon, tetapi keluargaku memanggil nenek dengan sebutan Mimi), Om Akung, dan teman teman Bunda. Pada saat itu kita ke Bandara Husein Sastranegara di pagi hari. Dan kurang lebih satu setengah jam perjalanan, akhirnya kita tiba di Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai- Bali. Saat tiba di Bali, aku langsung sehat, bahkan aku sudah tidak terlalu lemas. Sungguh benar, jalan jalan itu bisa membuat kita langsung senang, dan akhirnya aku jadi lupa kalau sebelumnya baru sembuh. Saat di Bali, aku sangat senang, karena kita pergi ke pantai, Garuda Wisnu Kencana, Pura Luhur Uluwatu, kolam renang, dan ke destinasi lainnya. Di Bali sangatlah seru, dan Bali menyimpan banyak sekali cerita. Setelah beberapa hari di Bali, akhirnya kita pulang lagi ke Bandung dengan menaiki pesawat saat malam hari.


*Dokumentasi asli.




    •Janji Ayah dan Kebahagiaan yang Tak Sama•


Waktu berlalu, tak terasa sekarang sudah tahun 2016 dan aku sudah kelas 2 SD, aku ingat salah satu janji Ayahku, saat itu kita habis jalan jalan dari Garut, di mobil aku bilang "Yah kakak mau jadi Tentara kaya Ayah," di situ Ayah menjawab "Iyaa, gampang itu mah, kakak belajar yang rajin, yang pintar, mau jadi Polwan juga bisa, nanti Ayah bilang ke temen Ayah ya." Di situ aku sangatlah senang, dan di situ juga Ayahku berjanji untuk menyekolahkan ku di SMA Taruna Nusantara. Aku selalu ingat itu. Pokoknya aku sangat bahagia ada di keluarga ini.

Namun, kebahagiaan itu tidak berjalan lama, sejak pertengahan 2016 Ayahku selalu telat saat pulang kerja, ia bilang pergi ke rumah orang tuanya, padahal tidak. Ia bekerja di Pusdik Pengmilum (Pusat Pendidikan Pengetahuan Militer Umum), Pusdik itu cukup dekat dengan rumahku, tetapi Ayahku selalu telat ketika pulang kerja. Bunda curiga, kalau Ayah selingkuh di belakangnya, namun Bunda menghilangkan pikiran itu, karena Ayah tetep sayang kepada Bunda dan anak-anaknya. Namun, pikiran itu datang lagi, karena teman Bunda melihat Ayah sedang berdua dengan teman SMP nya, yang bernama Tante Aruni, Ayah mengantar Tante Aruni ke Bidan, karena pada saat itu Tante Aruni sedang hamil. Saat tau hal itu, aku tidak menyangka Ayahku seperti itu di belakang istri dan anak-anaknya.

Sejak kejadian itu, Bunda dan Ayah sering bertengkar di depan aku, dan juga Adikku, anak yang berusia 7 tahun dan 4 tahun, yang seharusnya belum pantas untuk melihat orang tuanya bertengkar, tetapi aku dan Adikku sudah melihat orang tuanya bertengkar di hadapannya. Tetapi walaupun sudah ada pertengkaran di antara orang tuaku, mereka tidak berpisah, karena mereka berdua masih memikirkan kedua anaknya. Setelah sekian lama waktu berjalan, aku, Bunda, dan Adikku sudah tidak memikirkan tentang perselingkuhan Ayah dan teman SMP Bunda, kita pun hidup seperti biasanya, walaupun sama saja, Ayahku sering pulang telat dari kantor nya. Namun aku tetap bahagia berada di keluarga ini, walau bahagia nya sudah tak sama lagi.


                            
                             •6 APRIL 2017•


Tanggal 6 April tahun 2017, tepat 2 hari sebelum hari ulang tahunku, Ayahku pergi meninggalkan kita semua, saat itu sedang musim musim nya sepatu roda, disitu keluarga ku sedang makan bersama sambil menonton film Shiva, disitu aku bilang ingin punya sepeda kaya Shiva, tapi kata Ayah itu hanya bohongan, dan ga ada di dunia nyata. Setelah beres makan, aku minta tolong kepada Ayah untuk mengubah sepatu roda ku ke roda yang lurus sejajar (roda untuk yang sudah bisa menjaga keseimbangan), di situ aku sangat senang sekali, karena aku bisa main sepatu roda dengan roda yang sejajar. Setelah mengubah roda di sepatu roda ku, Ayah akan pergi untuk berangkat kerja, aku ingat, ia sangat tampan sekali, jika memakai PDL (Pakaian Dinas Lapangan). 


*Foto yang aku punya saat Ayahku memakai PDL.


Sebelum Ayah pergi, aku mencium tangan Ayah, namun tidak seperti biasanya, saat itu Ayah tidak langsung pergi menancapkan gas motor nya, ia berdiam diri di depan gerbang rumah, diam sejenak melihat rumahku, di situ aku tidak berfikir aneh, lalu aku mencium tangan Ayahku lagi yang kedua kalinya, lalu akhirnya ayahku mengucapkan "Assalamualaikum," lalu ia pergi kerja ke kantor nya.

Keesokan harinya, tanggal 7 April 2017, Ayahku belum pulang juga, tetapi aku dan Bunda masih berfikir positif, mungkin ia sibuk di tempat kerja nya, atau ia sedang pergi ke rumah orang tuanya, jadi hal itulah yang menyebabkan ia belum pulang kerja. 



                          •Hari Ulang Tahunku•

Tanggal 8 April tahun 2017, tepat di hari ulang tahun ku yang ke 8 tahun, Ayahku belum pulang juga. Di situ aku meminta janji ku kepada Bunda, aku meninta hadiah ulang tahun, yaitu pancake durian, saat itu Bunda sedang menyetrika baju, dan Bunda lupa kalau aku ulang tahun, di situ aku diam di sebelah Bunda, dan aku bilang ke Bunda "Bun mana pancake yang mau bunda kasih, kan kakak sekarang ulang tahun," di situ Bunda langsung menyimpan setrikaan nya, lalu ia memelukku, dan ia nangis di pelukan ku, lalu bunda bilang maaf kepadaku, dan bunda juga bilang bahwa ia sayang kepadaku. Di situ aku tidak tau harus apa, jadi aku hanya diam di pelukan Bunda, sambil berharap Ayah pulang ke rumah untuk merayakan hari ulang tahunku.

Namun harapanku itu tidak terjadi, Ayah tidak pulang sama sekali, dan tanggal 6 April 2017 adalah pertemuan terakhir antara aku dan Ayah. Tidak terasa satu Minggu berlalu, Ayah belum pulang juga untuk menemui keluarganya, sejak saat itu kita sudah bingung tak tahu Ayah pergi kemana. Kita sudah bertanya ke teman kantor Ayah, dan ke orang-orang yang emang kenal dengan Ayah, tetapi mereka semua tidak tahu Ayah kemana.


                
                   •Mencari Keberadaan Ayah•


Aku, Bunda, dan Adikku sudah tidak pernah melihat atau bertemu Ayah, Ayahku pergi sudah lumayan lama, sudah berbulan-bulan Ayahku pergi entah kemana. Aku, Bunda dan Adikku pernah mencari ke kota tempat Nenekku tinggal, kita bertiga naik bus, naik angkot, dan kendaraan lainnya, kita berharap Ayah ada di sana. Namun, saat kita ke rumah orang tua Ayah, tidak ada satupun orang di rumahnya, seolah-olah mereka tahu kita akan ke sana. Pada akhirnya karena tidak ada hasil dari pencarian ini, kita pun pulang lagi ke Cimahi. 

Tetapi kita tidak putus asa, setelah aku, Bunda, dan Adikku mencari, tetapi tidak ada hasilnya, akhirnya pihak kantor Ayah pun ikut mencari keberadaan Ayah. Saat itu aku, Bunda, Adikku, dan teman kantor Ayah mencari keberadaan Ayah, kita pergi ke 2 kota, berharap bertemu dengan Ayah, tetapi nihil, hal itu tidak terjadi, mereka bilang kalau mereka tidak tahu Ayah ada dimana, bohong sekali, mereka hanya menutup-nutupinya saja. Kita semua sudah putus asa, akhirnya kita pulang ke Cimahi tanpa membuahkan hasil apapun, dan kita pun tak tahu Ayahku pergi kemana.


                 
               •Ayah Bukan Lagi Seorang TNI•


Pada akhirnya Ayah pun di pecat dari pekerjaannya, karena sudah bertahun-tahun ia tidak kerja, ikhlas tidak ikhlas pun harus ikhlas, kalau di tanya kangen pasti kangen, aku sungguh kecewa dengan Ayahku, mana janji yang ia ucapkan kepadaku, itu semua hanya omong kosong, memberi anak nya harapan agar bisa mencapai cita-cita nya, tetapi ia malah meninggalkan keluarganya sendiri, dan ia tidak memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya sendiri. Percuma orang berpendidikan dan tahu agama, tapi tidak tahu cara menyayangi dan bertanggung jawab kepada keluarganya.


    
                   •Ujian Kedua Di Keluarga•
  
Bertahun tahun berlalu, kita sudah tidak terlalu memikirkan keberadaan Ayahku, kita sudah bahagia dan terbiasa tanpa kehadiran Ayah di kehidupan kita. Namun pada tahun 2019, hal yang tidak terduga terjadi lagi, Bunda ditipu oleh Ibu Persit, yang bernama Tante Livena. Pada saat itu Ibu-ibu Persit membuat bisnis kain, awalnya berjalan lancar, tetapi hal itu tidak berjalan lama, karena saat itu Bunda pulang ke rumah, lalu ia tiba-tiba menangis dan meminta maaf kepadaku, aku kebingungan dengan hal itu, dan akhirnya aku tahu, bahwa bunda menangis karena uang yang telah ia berikan untuk bisnis kain, malah di bawa kabur oleh Tante Livena, uangnya cukup besar, kurang lebih sekitar Rp450.000.000, itu adalah uang hasil kerja keras aku dan Bunda berjualan setiap hari di toko yang kita punya, dan setiap hari Minggu kita berdua jualan di Brigif. Di situ pun selain di tipu, Bunda juga dijebak oleh Tante Livena, di situ mereka merencanakan sesuatu, dan di tandatangani oleh Bunda, lalu uang nya di bawa oleh Tante Livena, gara-gara hal itu, Bunda jadi di telepon dan di samperin ke rumah terus-menerus oleh pihak yang bertanggung jawab dengan uang yang di pinjam, dan pada akhirnya, demi melunasi hutang itu, salah satu barang yang kita punya, barang yang di beli dengan uang hasil kerja keras kita, di jual begitu saja, untuk melunasi hutang itu. Bunda pasti sedih, karena untuk mendapatkan barang itu penuh perjuangan sekali, tetapi mau bagaimana lagi, daripada keluargaku selalu di kejar-kejar oleh hutang.



            •Kabar yang Tidak Ingin di Dengar•


Tidak terasa, sekarang sudah memasuki tahun 2020, sudah banyak masalah yang ku lalui, dan aku ingat sekali salah satu kabar yang membuat ku kaget, saat itu aku ingin berangkat ngaji, dan disitu Bunda sedang teleponan dengan Bapak-bapak, aku tidak menguping mereka ngobrol apa, tetapi Bunda mengucapkan kata yang masih ku ingat hingga hari ini, yaitu "Harusnya si Anagata ingat ke anak-anaknya, gapapa ga ingat ka aku mah, da aku bukan siapa siapa nya lagi, tapi kan anak-anak nya mah darah daging nya sendiri." Aku tidak curiga sama sekali, kalau bunda berbicara dengan siapa di telepon itu. Lalu aku pun berangkat ngaji ke Masjid Al-bari. Aku di sana mengaji dan belajar tajwid, dan tanpa terasa saat itu sudah memasuki waktu Maghrib, kita semua pun pulang ke rumah masing-masing. Saat aku membuka pintu rumah dan mengucapkan salam, Bunda membalas "Wa'alaikumussalam," dan ia pun bilang "Kak tadi Bunda di telepon sama Ayah nya Tante Aruni, Ayah ada, tapi Ayah udah nikah sama Tante Aruni, sekarang udah punya anak 1, anak nya perempuan," di situ aku kaget, dan aku cuma membalas "Oh." Sungguh sakit hatiku saat mendengar Bunda mengucapkan hal seperti itu, aku tidak terima kalau Ayah punya anak dari perempuan selain Bunda, apalagi anaknya perempuan. Saat itu aku langsung pergi ke rumah Mimi, agar aku tidak sedih, namun, saat di sana, nenekku dan saudaraku malah bilang "Qis Ayah kamu udah nikah lagi ya sama Tante Aruni," di situ aku kaget, aku malah makin sedih, tetapi di situ aku hanya menjawab "Iyaa," sambil tertawa kecil. 



                   •Apakah Aku Harus Ikhlas?•


Waktu demi waktu berlalu, aku sudah mulai ikhlas dan menerima semua ini, walau berat, tetapi aku harus kuat, karena Bunda pasti lebih merasakan sakit hati melebihi aku, aku bangga pada Bunda, ia wanita tangguh dan hebat, ia bisa membesarkan dan menafkahi anak-anaknya sendiri, tanpa bantuan seorang suami.


Hingga hari ini, tanggal 1 November 2023, aku belum pernah bertemu Ayah, dan aku tidak tahu kabar Ayah, sebenarnya aku kangen, aku suka iri bila melihat anak perempuan yang di jemput dan dekat dengan Ayahnya, apalagi Ayah nya adalah seorang TNI, beruntung sekali mereka, tetapi mau bagaimana lagi, ini sudah jalan takdirku, ini sudah yang terbaik buat diriku, jadi aku harus bisa menerima dan mensyukuri ini semua.



                                   -TAMAT-






-Pesan Penulis:
Segitu saja cerita dariku, semoga dari cerita ku ini, kalian bisa mengambil baik nya dan membuang buruknya, dan untuk para laki laki di luar sana, jangan meninggalkan tanggung jawab nya jika sudah berumah tangga, lalu untuk para perempuan, tolong jangan mengambil kebahagiaan teman nya sendiri, dengan cara menikung nya.

Dan untuk kalian semua yang memiliki pengalaman atau cerita yang mirip denganku, kalian semua hebat, kalian semua kuat, buktikan lah kepada orang-orang kalau kalian bisa sukses walaupun jalan cerita keluarga kalian tidak seberuntung orang-orang di luar sana, dan pesan dari ku, saat nanti kalian punya keluarga, keluarga kalian jangan seperti keluarga kita yang sekarang. Kita harus menjadi orang tua yang baik, dan kita harus memiliki rumah dan tempat pulang yang hangat, yang tidak ada keributan di dalamnya.


Qisisey - 1 November 2023.





























Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surprise at My 17

Kamar Misterius di Rumah Berhantu