Menulis Cerpen. [ Badi :) ]
Di Suatu hari, hiduplah Searang remaja, Ia diberikan amanah dari gurunya untuk menuliskan sebuah cerita pendek. Dia tidak menginginkan amanah ini, tapi apa daya, ia harus melaksanakan-nya agar gurunya menuliskan angka-angka yang gurunya pilih dikertas abu-nya untuk membantu nilai-nilai ulangan-nya yang menyakitkan mata orang tua-nya.
Remaja itu berkata, "Ini tugas atau apa? otak ku sakit berusaha menyalakan lampu di atas kepala-ku!!!" Sembari berusaha mencari tahu apa dan bagaimana cerpen Yang gurunya akan baca dengan ikhlas. "Oh! aku tahu!!!" Katanya, ia begitu yakin. dengan ide-nya, bahkan ia tak mau membiarkan satu pun mata melihat karya-nya. Sahabat-sahabatnya pun ia jauhi untuk menjaga kebocoran cerpen-nya.
Remaja itu pun pergi memperlihatkan karya-nya kepada gurunya. Di lihat dari segi manapun, gurunya terlihat terdorong untuk tidak membaca karyanya tersebut. Setelah beberapa waktu, ia kembali ke tempatnya dengan hasil yang tidak diharapkan oleh siapapun.
Ia kembali berusaha mencari bola lampu yang baru. la kesulitan untuk mencari yang baru, ia terus dihantui dengan kalimat, "Bagaimana jika diri-nya tidak suka?" la terus mencari ide yang bekerja seperti magnet.
Remaja itu menenangkan dirinya dan masuklah ia Kedalam pikiran nya, "Wah! besar sekali tempat ini!" Katanya setelah melihat tempat khayalan di otak nya sendiri, "Pasti ada ribuan ide cerpen yang aku bisa Pilih dan gunakan!" ucapnya. Lalu ia mencari ide yang pas.
Remaja itu mudah teralihkan, ternyata pikiran manusia sulit dikendalikan, banyak hal yang mengalihkan perhatian- nya mencari ide. Banyak ingatan dan prediksinya yang sangat mengganggu. Remaja itu memutuskan untuk mencoba Semua bola lampu yang la temukan.
Sayangnya, prediksi-nya yang kacau terus mengganggunya dia selalu memprediksi bahwa ide-idenya akan bekerja bagaikan 2 Kutub magnet yang sama dipaksa menempel antara Satu sama lain, ia takut kalau dia akan membanjiri Pikiran- nya dengan air mata yang tidak di-inginkan jika karya-nya akan di beri jempol ke arah lantai oleh gurunya.
Di dalam dirinya, api yang awalnya membara telah padam. la membayangkan bahwa dirinya akan gagal membuat gurunya kecewa. Kesedihan terlihat dari wajah-nya. Berhari-hari ia tak bisa menciptakan satupun ide yang bagus.
Dengan keadaan pasrah, ia berkata, "Aku tidak bisa! Ide-ide ku tidak akan disukai oleh makhluk apapun!" Dan disitulah yang ia paling butuhkan tercipta, sebuah strategi. Dengan waktu yang semakin dekat terus mengejarnya, ia terpaksa menggunakan Strategi tersebut apapun resikonya.
la berhasil mengontrol pikiran-nya, dengan cepat ia penuhi bukunya dengan tinta yang dapat dipahami, perkiraan- nya tidak Pernah mengganggu lagi, dengan mudah ia melaksanakan amanah gurunya.
Saat amanah-nya selesai, teman-nya bertanya, "Bagaimana kau bisa menyelesaikan amanah mu? Aku tidak bisa mencari bola lampu yang akan di beri jempol oleh orang lain." Dan ia menjawab, "Jangan mencari bola lampu yang akan disukai orang lain, buat saja yang engkau pasti nikmati."
~Badi 9i, Absen:09
ide ceritamu out the box. luar biasa
BalasHapus